Alhamdulillah washolatu wassalam alaa rosulillah, Amma ba’du.
Bagi seorang muslim yang gemar membaca Al-Quran, tentunya akan cukup akrab dengan istilah “saktah“. Sebab dalam mushaf Al-Quran sendiri terdapat 4 ayat yang mengandung saktah.
Saat tengah membaca Al-Quran dan melewati salah satu dari 4 ayat yang mengandung saktah ini, maka kita diharuskan untuk berhenti sejenak. Akan tetapi berhenti dengan saktah tidak seperti waqof pada umumnya, sebab kita dituntut untuk tidak bernafas. Dalam kitab Ghoyatul Murid disebutkan bahwa definisi saktah adalah:
قَطْعُ الصوت على الكلمة القرآنية زمنًا يسيرًا من غير تنفس
“Berhenti sejenak pada kalimat Al-Quran tanpa bernafas”
Adapun 4 ayat yang mengandung saktah adalah:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِیۤ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَـٰبَ وَلَمۡ یَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ
(Al-Kahfi: 1)
قَالُوا۟ یَـٰوَیۡلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرۡقَدِنَاۜۗ هَـٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَصَدَقَ ٱلۡمُرۡسَلُونَ
(Yasin: 52)
وَقِیلَ مَنۡۜ رَاقࣲ
(Al-Qiyamah: 27)
كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ
(Al-Muthoffifin: 14)
Dalam mushaf sendiri, saktah ditandai dengan adanya huruf sin kecil diatas ayat. Perhatikan gambar dibawah ini:

Namun tahukah anda bahwa terdapat segudang faidah menarik dibalik 4 saktah ini? Mari kita selami bersama.
Pertama: Saktah pada surat Al-Kahfi ayat 1
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِیۤ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَـٰبَ وَلَمۡ یَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ
Saktah pada ayat ini terletak pada akhir ayat, yaitu pada lafadz عِوَجَاۜ. Ia memisahkan antara akhir ayat dengan lafadz setelahnya yaitu قَیِّمࣰا. Sehingga meskipun seseorang ingin menggabungkan antara ayat pertama dari surat Al-Kahfi dengan ayat yang kedua, ia tetap diharuskan untuk berhenti serta membiarkan kedua lafadz tersebut terpisah.
Hal ini tentu bukan tanpa alasan, sebab jika menelaah makna dari 2 lafadz diatas, akan kita dapati bahwa keduanya memiliki makna yang berlawanan. Dimana عِوَجَاۜ berarti bengok, sedangkan قَیِّمࣰا memiliki arti lurus.
Penempatan saktah pada ayat ini akan semakin jelas saat kita menelusuri makna keseluruhan dari ayat ini:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; (Al-Kahfi: 1)
sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, (Al-Kahfi: 2)
Akhir dari ayat pertama menjelaskan bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak mengadakan kebengkokan dalam Al-Quran, sedangkan awal dari ayat kedua menjelaskan bahwa Al-Quran merupakan bimbingan yang lurus.
Namun sadarkah anda bahwa jika kita menggabungkan ayat pertama dan kedua tanpa dipisahkan dengan saktah ataupun waqof, maka akan terdapat potensi perubahan makna. Dimana makna dari ayat tersebut bisa menjadi: “dan Dia tidak mengadakan kebengkokan maupun hal yang lurus di dalamnya”. Dan tentu hal ini tidaklah tepat.
Kedua: Saktah pada surat Yasin ayat 52
قَالُوا۟ یَـٰوَیۡلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرۡقَدِنَاۜۗ هَـٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَصَدَقَ ٱلۡمُرۡسَلُونَ
Saktah dalam ayat ini terletak pada lafadz مَّرۡقَدِنَاۜۗ. Fakta ini secara otomatis memisahkan lafadz tersebut agar tidak bersambung dengan kata setelahnya yaitu: هَـٰذَا. Hal ini mencegah agar kita tidak terjatuh pada waqof buruk yang mengakibatkan perubahan makna. Mari kita bandingkan dua makna berseberangan yang mungkin muncul karena waqof yang berbeda.
Makna yang tepat
Saat kita berhenti dengan saktah pada lafadz diatas, maka akan membuat ayat terbagi menjadi 2 bagian:
قَالُوا۟ یَـٰوَیۡلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرۡقَدِنَاۜۗ
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?”
هَـٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَصَدَقَ ٱلۡمُرۡسَلُونَ
Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).
Makna yang keliru
Adapun makna keliru yang mungkin bisa terjadi adalah jika kita waqof pada lafadz هَـٰذَا. Sebab makna yang terkandung akan menjadi:
Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami ini (kubur)?”
Sampai disini mungkin masih belum terlihat perbedaan makna yang signifikan, sebab lafadz هَـٰذَا yang memiliki arti “ini” tidak merubah makna bagian pertama dari ayat diatas. Namun jika kita memulai bacaan pada bagian kedua tanpa lafadz هَـٰذَا, maka makna yang terkandung dapat berubah menjadi:
(Allah) yang Maha Pengasih tidak menjanjikan hal ini dan benarlah rasul-rasulNya
Perhatikanlah bagaimana kesalahan waqof saat membaca Al-Quran bisa berakibat fatal dari sisi makna yang terkandung dalam ayat. Hal ini sekaligus menegaskan pentingnya untuk mempelajari ilmu waqof & ibtida.
Baca juga: Kaidah dalam Ilmu Waqof & Ibtida
Agar artikel tidak terlampau panjang, penulis membaginya menjadi 2 bagian. InsyaAllah artikel lanjutan akan segera kami posting.
Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Amiin.
Bersambung…