Faidah Menarik Dibalik 4 Saktah dalam Al-Quran (bag.2)

Pada artikel sebelumnya, penulis telah membahas 2 saktah yang terdapat dalam Al-Quran, yaitu pada surat Al-Kahfi & Yasin. Tulisan kali ini akan membahas 2 saktah yang tersisa sekaligus beberapa hal yang berkaitan dengannya.

Jika anda belum membaca bagian yang pertama, silahkan klik link berikut ini: Faidah Menarik Dibalik 4 Saktah dalam Al-Quran (bag.1).

Ketiga: Saktah pada Surat Al-Qiyamah ayat 27

وَقِیلَ مَنۡۜ رَاقࣲ

Saktah dalam surat ini terletak antara nun sukun pada lafadz من dan lafadz setelahnya, yaitu رَاقࣲ. Secara otomatis, ia mencegah terjadinya idghom antara nun sukun dengan huruf ro. Sebab sebagaimana sudah mafhum, bahwa jika nun sukun bertemu dengan huruf ro, maka nun sukun akan diidghomkan kedalam huruf ro, atau yang kita kenal dengan idghom bila ghunnah.

Menyadari fakta diatas, para ulama mengambil kesimpulan bahwa saktah pada ayat ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kalimat مَنۡۜ رَاقࣲ terdiri dari dua kata. Sebab jika kita membacanya tanpa saktah dan menyambung dua kata tersebut dengan idghom, maka akan berpotensi terdapat orang yang mengira bahwa kalimat ini merupakan satu kata yang berupa = مَرَّاق. Padahal tidak demikian, sebab keduanya memiliki makna yang berbeda.

Imam Al-Qurthubi rohimahulloh pernah menuturkan dalam tafsirnya:

لئلا يشبه مراق، وهو بائع مرقة

“(Tujuan dari saktah disini adalah) agar tidak menyerupai lafadz مَرَّاق yang memiliki arti penjual kuah daging”

Ketiga: Saktah pada Surat Al-Muthoffifin ayat 14

كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ

Saktah kali ini memisahkan antara lafadz بل dan رَانَ pada ayat diatas. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya idghom antara huruf lam dan ro dari kedua lafadz tersebut.

Senada dengan apa yang sudah kami paparkan pada surat Al-Qiyamah, alasan dibalik saktah ini juga untuk mencegah adanya kesalahpahaman saat mendengar ayat ini. Sebab saat kedua lafadz diatas dibaca tanpa saktah, ia secara otomatis akan menyebabkan idghom terjadi dimana terdapat kemungkinan adanya kesalahan dalam memahami makna ayat tersebut.

Saat idghom terjadi pada kedua kata diatas, maka akan terdengar seperti pengucapan lafadz بَرَّانَ yang memiliki arti “dua kebaikan”. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan makna yang terkandung dalam ayat ini.

Catatan tambahan:

Ada beberapa poin tambahan yang perlu diperhatikan dalam pembahasan saktah ini:

Satu: Dari total 20 rowi qiroah ‘asyroh, hanya riwayat Hafs saja yang membacanya dengan saktah pada 4 ayat ini.

Dua: 4 saktah tersebut sering diistilahkan dengan saktah wajib dalam riwayat Hafs.

Tiga: Terdapat 2 saktah lain dalam riwayat Hafs, hanya saja sifatnya tidak wajib, atau sering disebut dengan saktah Jaiz. Pertama antara akhir surat Al-Anfal dan awal surat At-Taubah:

(akhir surat Al-Anfal) إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمُۢ

(awal surat At-Taubah) بَرَاۤءَةࣱ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۤ إِلَى ٱلَّذِینَ عَـٰهَدتُّم مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ

Terdapat 2 pilihan cara membaca jika seseorang ingin menggabungkan 2 ayat diatas, yaitu dengan saktah atau tanpa saktah. Dan sebagaimana kita ketahui, surat At-Taubah tidak diawali dengan basmalah.

Adapun saktah Jaiz kedua terdapat pada surat Al-haqqoh antara ayat 28 dan 29:

مَاۤ أَغۡنَىٰ عَنِّی مَالِیَهۡۜ
هَلَكَ عَنِّی سُلۡطَـٰنِیَهۡ

Terdapat 2 pilihan saat seseorang hendak menggabungkan 2 ayat ini dengan satu nafas, yaitu dengan saktah atau cara kedua yaitu tanpa saktah akan tetapi ia harus mengidghomkan huruf ha diakhir lafadz مَالِیَهۡۜ kedalam huruf ha diawal lafadz هَلَكَ.

Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan langkah kita dalam memahami kitabNya. Amiin.

Referensi:
Tafsir Al-Qurthubi.
Al-Wafi, Abdul Fattah Al-Qodhi.
Ghoyah Al-Murid, ‘Athiyyah Qobil Nashr.

Leave a Reply