
Alhamdulillah washolatu wassalam ‘ala Rasulillah.
Al-Quran mengandung banyak sekali ayat yang menceritakan akhir bagi orang-orang yang beriman serta balasan bagi orang-orang yang kafir, alias surga dan neraka.
Dua keadaan tersebut jelas merupakan suatu yang berlawanan. Oleh karenanya, para ulama menjelaskan bahwa saat seseorang membaca Al-Quran dan mendapati ayat-ayat yang menjelaskan surga & neraka atau pahala & siksa, maka hendaknya ia memisahkan keduanya dengan berhenti (waqof).
Alasannya ialah karena seringkali saat ayat-ayat yang mengandung pembahasan surga dan neraka digabungkan, maka makna yang terkandung akan terdengar berubah dan rancu. Inilah maksud dari kaidah yang berbunyi:
يلزم أن يقطع على كل آية ورد فيها ذكر الجنة والثواب، وتفصل مما بعدها إن كان بعدها ذكر النار والعقاب، وبالعكس
“Wajib berhenti pada tiap ayat yang mengandung pembahasan surga dan pahala serta memisahkannya dengan ayat setelahnya, jika ayat selanjutnya mengandung pembahasan neraka dan siksaan, begitu juga sebaliknya”
Contohnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala pada surat Fathir ayat 35 dan 36:
الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.
(Fathir: 35-36)
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
Hendaknya kita berhenti pada akhir ayat ke-35 serta mengambil nafas sejenak, bukan langsung menyambungkan keduanya. Hal ini agar makna yang ada tidak terdengar seakan orang-orang kafir yang Allah sebutkan pada ayat 36 termasuk dari golongan beruntung yang Allah sebutkan pada ayat sebelumnya.
Diantara contoh lain yang mengandung penyebutan adzab di akhir ayat dan tidak boleh langsung kita gabungkan dengan ayat selanjutnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Hasyr ayat 7 dan 8:
مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
(Al-Hasyr: 7-8)
(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Bisa kita perhatikan pada ayat ke-7, Allah subhanahu wata’ala menutupnya dengan kalimat: “Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. Jika kita menyambungnya secara langsung dengan ayat ke-8 alias tidak berhenti, maka makna yang ada akan terdengar seakan-akan seperti “Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya bagi orang-orang fakir dari kaum muhajirin”. Padahal bukan demikian makna yang terkandung.
Contoh diatas menunjukkan bagaimana para ulama terdahulu begitu berhati-hati dalam membaca Al-Quran. Mereka tentu sangat takut jika makna dari ayat yang dibaca justru berubah dari apa yang semestinya.
Hal ini juga turut memberikan motivasi tersendiri bagi kaum muslimin untuk senantiasa berusaha mempelajari bahasa arab. Sebab dengan memahami bahasa arab seseorang akan sanggup mengetahui dimana tempat terbaik untuk berhenti (waqof) kala tengah membaca Al-Quran.
Pada artikel selanjutnya -insyaAllah- akan kami paparkan beberapa kaidah waqof yang memeiliki keterkaitan langsung dengan ilmu bahasa arab, terutama dalam disiplin ilmu nahwu.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan jalan kita semua dalam mempelajari kitabNya. Amiin.
Referensi:
Al-Muktafa, Ad-Dani