Kemana Perginya Pelepah Kurma Bertuliskan Ayat Al-Quran di Zaman Nabi ﷺ?

“Dahulu kami menuliskan ayat Al-Quran pada kulit binatang” (HR Tirmidzi)

Itulah ungkapan Sang Penulis Wahyu, Zaid binTsabit rhodiyallohu ‘anhu kala mengenang hari-hari istimewa saat wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.

Setiap kali jibril datang menyampaikan wahyu, Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam akan memanggil para Kuttab Al-Wahyi (Penulis Wahyu), diantaranya adalah Zaid bin Tsabit. Sebuah momen indah yang tak akan pernah terlupa tentunya.

Ya, media kertas memang belum banyak dijumpai pada zaman tersebut, jauh berbeda dengan zaman milenium sekarang ini. Dimana kertas bahkan kerap digunakan sebagai bungkus makanan.

Sebagai alternatif, para sahabat dahulu memanfaatkan berbagai barang yang bisa ditorehkan tinta diatasnya, seperti pelepah kurma, kulit binatang hingga batu yang pipih.

Oleh sebab itu, saat Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khothob rhodiyallohu ‘anhuma memintanya untuk menghimpun Al-Quran dalam sebuah mushaf, maka beliau pun segera mengumpulkan pelepah kurma, kulit binatang dan berbagai media yang dahulu dimanfaatkan oleh para sahabat untuk menulis wahyu.

فَتَتَبَّعْتُ الْقُرْآنَ أَجْمَعُهُ مِنْ الرِّقَاعِ وَالْأَكْتَافِ وَالْعُسُبِ وَصُدُورِ الرِّجَالِ

“Lalu aku kumpulkan al Qur’an (yang dahulu ditulis) pada kulit dan tulang belikat binatang, pelepah kurma, serta hafalan para sahabat.” (HR Bukhari)

Namun muncul sebuah pertanyaan yang cukup mengusik dalam benak:

“Kemana perginya berbagai media tersebut? Apakah para sahabat membawanya saat mereka berhjrah ke Madinah hingga bisa dikumpulkan oleh Zaid di zaman Abu Bakar?”

Pertanyaan serupa sering muncul saat mengkaji ilmu Rasm Al-Quran. Sebab media diatas memang merupakan tonggak pertama dalam sejarah penulisan Al-Quran hingga bisa kita nikmati pada zaman ini dengan berbagai model dan desain.

Mari kita telaah bersama perjalanan berbagai media tersebut.

Tercatat bahwa pada tahun ke-12 setelah diangkatnya Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, terjadilah sebuah peristiwa penting dalam sejarah islam. Sebuah momen yang nantinya kita kenal dengan sebutan Bai’atul ‘Aqobah.

Kala itu, sebanyak 12 orang dari kaum Aus dan Khozroj yang berasal dari Madinah datang menemui Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam. Tujuan mereka tak lain ialah untuk berbaiat kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan beriman serta mentaati perintah Allah.

Diantara 12 orang tersebut, terdapat seorang lelaki yang bernama Rofi’ bin Malik Al-Khozroji rhodiyallohu ‘anhu yang berasal dari Bani Zuroiq. Saat peristiwa Baiatul Aqobah, Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menghadiahkan kepadanya ayat-ayat Al-Quran yang termaktub pada berbagai media tulis yang ada saat itu, baik pelepah kurma atau yang lainnya.

Mendapatkan hadiah yang begitu berharga, sahabat ini segera membawanya ikut serta pulang ke kota Madinah yang saat itu masih bernama Yatsrib. Setibanya di Madinah, sahabat tersebut segera mengajarkan ayat Al-Quran pemberian Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam kepada kaumnya. Tak heran jika Umar bin Handholah rhodiyallohu ‘anhu pernah menuturkan:

أن مسجد بني زريق، أول مسجد قرئ فيه القرآن

“Masjid bani Zuroiq merupakan masjid pertama (di Madinah) yang dilantunkan di dalamnya Al-Quran.”

Semoga Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat. Amiin

Referensi:
Al-Ishobah fi Tamyiz Ash-Shohabah, Ibnu Hajar Al-Asqolani
Faidah dari Majlis Sama’ kitab Al-Muyassar fi ‘Ilmi Ar-Rosm bersama sang penulis Duktur Ghonim Qodduri hafidzohulloh.

Leave a Reply