
Hidayah merupakan suatu harta yang tak ternilai harganya, hidup tak lagi berarti jika ia sudah hilang dan pergi. Bagaimana tidak? hidayah merupakan bekal utama kita dalam mengarungi kehidupan dunia hingga menghadap Allah subhanahu wata’ala nantinya.
Tak heran jika Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menegaskan kepada umatnya untuk senantiasa memohon keteguhan diatas hidayah. Bahkan kita diwajibkan untuk memohon hal tersebut dalam setiap sholat kita. Hal ini sebagaimana termaktub dalam surat Al-Fatihah yang merupakan salah satu rukun dalam sholat:
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Al-Fatihah: 6)
Dan diantara doa yang paling sering Rasululloh shollallhu ‘alaihi wasallam panjatkan ialah:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agamaMu” (HR At-Tirmidzi).
Pada kesempatan kali ini, kami akan membawakan sebuah kisah mantan penghafal Al-Quran yang terjerumus dalam kesalahan fatal hingga memiliki akhir amat sangat menyedihkan. Na’udzubillahi min dzalik.
Dikisahkan oleh Imam Adz-Dzahabi rohimahulloh dalam kitab beliau yang berjudul Tarikh Al-Islam, bahwa pada abad ketiga hijriyah terdapat seorang lelaki penghafal Al-Quran yang cukup rajin beribadah.
Selain gemar melantunkan ayat-ayat Al-Quran, ia juga dikenal sebagai sosok yang rajin berpuasa dan berjihad. Sebuah amalan yang sangat mulia tentunya.
Akan tetapi, kehidupan pemuda ini tak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Dimana saat bergabung dengan rombongan para tentara yang berperang di jalan Allah, ia secara tak sengaja melihat seorang perempuan cantik jelita di benteng orang-orang Nasrani.
Tak dinyana, kecantikan perempuan tersebut sukses membuatnya jatuh kedalam lautan cinta. Ia pun bergegas menuju lokasi wanita jelitatersebut sembari bertanya:
“Bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkanmu?” tanyanya secara langsung.
“Masuklah kedalam agama nasrani, maka aku akan menjadi milikmu”, jawab si wanita.
Tanpa pikir panjang, si pemuda yang sudah dibutakan oleh cinta ini segera mengaminkan syarat tersebut. Ia berharap agar bisa segera bersanding dengan sang pujaan hati.
Seiring berjalannya waktu, misi tentara kaum muslimin di tempat tersebut pun usai. Mereka akhirnya bersiap untuk kembali ke kampung halaman. Di saat itu, mereka tiba-tiba dibuat terpaku seolah tak percaya saat melihat pemuda penghafal Al-Quran tersebut bertengger dengan santai diatas benteng kaum nasrani.
Mereka sadar bahwa si pemuda telah menjual suatu hal yang amat berharga demi kesenangan dunia yang fana. Ya, ia telah menjual agama dan keyakinannya.
“Apa yang terjadi dengan hafalan Al-Quranmu? Apa yang terjadi dengan sholatmu selama ini?”, tanya mereka dengan penuh keheranan.
“Ketauhilah, bahwa aku telah lupa seluruh Al-Quran kecuali sebuah ayat”, jawabnya.
Ayat yang dimaksud adalah firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Hijr ayat 2 yang berbunyi:
رُّبَمَا یَوَدُّ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ لَوۡ كَانُوا۟ مُسۡلِمِینَ
“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”
Ya, fitnah wanita memanglah amat mengerikan. Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Sesungguhnya dunia itu manis nan hijau, dan sesungguhnya Allah menguasakannya kepadamu. Lalu Dia memperhatikan apa yang kalian kerjakan. Maka takutlah terhadap fitnah dunia, dan takutlah terhadap fitnah wanita. Sebab sumber utama bencana bani Isroil adalah wanita” (HR Muslim).
Semoga Allah subhanahu wata’ala meneguhkan kita diatas jalanNya hingga ajal menjemput. Amiin.
Referensi:
Tarikh Al-Islam, Imam Adz-Dzahabi