Menyingkap Asal-Usul Huruf Hijaiyyah

Kecintaan para ulama terhadap Al-Quran tak perlu diragukan lagi. Berbagai hal yang berhubungan dengan kitabulloh pun berusaha diselami mutiaranya. Termasuk dari sisi bahasa arab tentunya.

Para ulama bahkan berusaha menggali lebih dalam seputar sejarah dari tulisan bahasa arab itu sendiri, atau yang kita kenal dengan huruf hijaiyyah. Berbagai upaya mereka kerahkan, mulai dari mempelajari berbagai manuskrip yang paling kuno hingga meneliti berbagai prasasti yang masih eksis hingga saat ini. Diantara mereka adalah Ibnu Abi Dawud (wafat 316 H) dalam kitabnya yang bernama Al-Mashohif. Begitu juga Abu ‘Amr Ad-Dani (wafat 444 H) dalam kitab beliau yang bernama Al-Muqni’ rohimahumulloh.

Perlu diketahui, bahwa sebelum datangnya islam, bangsa arab terdahulu telah mengenal 2 macam tulisan

Pertama: Al-Musnad, merupakan model tulisan penduduk Yaman pada zaman dahulu. Model tulisan ini sendiri sudah tidakk dipakai sebelum Rasululloh shollallohu alaihi wasallam diutus. Sisa dari tulisan ini sendiri masih bisa dijumpai pada berbagai bangunan kuno di Yaman.

Perhhatikan contoh prasasti dengan tulisan Al-Musnad dibawah ini:

Prasasti dg tulisan Al-Musnad

Ibnu Mandhur rohimahulloh pernah menuturkan:

والمسند، خط لحمير، مخالف لخطنا هذا، كانوا يكتبون أيام ملكهم

“Al-Musnad merupakan model tulisan bangsa Himyir (penduduk Yaman) pada zaman lampau, dimasa kejayaan mereka. Cara penulisannya pun berbeda dengan tulisan yang kita kenal saat ini”

Dalam sejarahnya, model tulisan ini kemudian diadopsi oleh penduduk Habasyah (Ethiopia). Oleh karena itu, jika kita perhatikan secara seksama gaya tulisan penduduk Ethiopia, maka akan kita sadari adanya kemiripan dengan Al-Musnad ini.

Kedua: Al-‘Arobi Asy-Syamali, merupakan model tulisan yang digunakan oleh penduduk Hijaz pada zaman Nabi Muhammmad shollallohu alaihi wasallam. Inilah yang menjadi topik pembahasan utama dalam kajian ilmu Rosm Al-Quran. Sebab model tulisan inilah yang nantinya diadopsi dalam penulisan mushaf Al-Quran sebagaimana bisa kita nikmati saat ini.

Terdapat banyak pendapat ulama seputar asal-muasal dari gaya tulisan ini. Diantaranya ialah

Pendapat pertama: Nabi Adam ‘alaihissalam.
Sebagian ulama berpendapat bahwa semasa hidupnya, Nabi Adam ‘alaihissalam menuliskan berbagai model tulisan pada tanah lempung yang kemudian beliau bakar dan timbun dalam tanah. Hingga pada kemudian hari hal tersebut ditemukan oleh anak cucu beliau dan mereka pelajari.

Pendapat kedua: Penulis wahyu di zaman Nabii Dawud ‘alaihissalam. Dimana kemudian Muroroh bin Murroh, Aslam bin Saidaroh dan ‘Amir bin Judroh belajar darinya. Kemudian mereka ajarkan kepada Bisyr bin Abdul Malik yang merupakan saudara Akaidar bin Malik (Pemimpin daerah yang bernama Daumah Al-Jandal yang cukup masyhur kisahnya dalam sejarah islam).

Bisyr bin Abdul Malik sendiri bersahabat baik dengan Harb bin Umayyah, ayah dari Abu Sufyan rhodiyallohu ‘anhu. Persahabatan ini bermula dari profesi keduanya yang sama, yaitu sebagai pedagang.

Singkat cerita, Bisyr kemudian menikahi salah seorang putri sahabatnya tersebut yang bernama Adh-Dhohya bin Harb, saudari Abu Sufyan.

Penduduk Makkah tidak menyia-nyiakan kehadiran Bisyr yang sudah menjadi bagian dari keluarga Harb bin Umayyah. Mereka lantas mempelajari tata cara baca tulis darinya. Inilah alasan mengapa sebagian penduduk Makkah saat itu sudah mengenal tulis menulis.

Pendapat ketiga: Nabi Ismalil ‘alaihissalam.

Pendapat keempat: 6 raja bangsa arab

Dimana masing-masing bernama:

أبجد، هوز، حطي، كلمن، سعفص، قرشت

Dari sinilah kemudian kita kenal susunan huruf hijaiyyah seperti nama-nama para raja tersebut. Kemudian mereka tambahkan dua kata sebagai pelengkap:

ثخذ

ضظع

Keempat pendapat diatas merupakan pendapat para ahli sejarah terdahulu. Tak ada dalil atau sanad yang jelas dari masing-mmasing pendapat tersebut.

Adapun para ahli sejarah kontemporer, maka mereka memiliki pendapat yang berbeda. Hal inii berdasarkan penelitian terhadap prasasti dan peninggalan generasi terdahulu yang masih ada.

Mereka berpendapat bahwa cikal bakal tulisan Al-‘Arobi Asy-Syamali berasal dari bangsa arab yang tinggall di daerah Utara (Syamal), mereka dikenal dengan sebutan bangsa An-Nabthy.

Contoh tulisan pada salah satu prasasti bangsa An-Nabthy

Secara geografis, bangsa An-Nabthy ini cukup berdekatan dengan penduduk Syam yang dikenal dengan sebutan bangsa Al-Aromy. Oleh sebab itu, mereka cukup banyak menyerap budaya bangsa Aromy ini, termasuk dari segi tulis menulis.

Dan sebagaimana kita ketahui, penduduk Hijaz memiliki hubungan yang kuat dengan penduduk Syam. Sebab mereka sendiri terbiasa melakukan perjalanan bisnis kesana, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam surat Quroisy.

Namun perlu digaris bawahi, bahwa terdapat riwayat yang menyatakan bahwa penduduk Hijaz tidak mempelajari tulisan Al-‘Arob Asy-Syamali secara langsung dari penduduk Syam. Akan tetapi mereka mempelajarinya melalui bangsa Al-Anbar yang merupakan penduduk negri Iraq.

Bagaimanapun juga, fakta menunjukkan bahwa saat Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam diutus, sudah ada belasan orang Quroisy yang menguasai baca tulis. Entah mereka mempelajarinya langsung dari penduduk Syam ataupun melalui bangsa Al-Anbar di Iraq. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Al-Baladzili rohimahulloh:

“Terdapat 17 orang Quroisy yang menguasai baca tuis saat islam datang, begitu pula di Madinah”

Fakta ini juga dikuatkan dengan sikap Nabi shollallohu alaihi wasallam dalam mengarahkan para sahabat yang menguasai baca tulis untuk menuliskan Al-Quran pada pelepah kurma maupun media lain yang ada saat itu. Sebab hal tersebut menunjukkan sudah terdapat beberapa penulis di masa itu.

Baca juga: Kemana Perginya Pelepah Kurma Bertuliskan Ayat Al-Quran di Zaman Nabi ﷺ?

Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan langkah kita dalam mempelajari kitabNya. Amiin.

Referensi:
Al-Muyassar fi ‘Ilmi Ar-Rosm, Ghonim Qodduri
Samir Ath-Tholibinn, ‘Ali Adh-Dhobba’
Mansya’ Al-Harf Al-”Aroby, Misylah Al-Murikhi

Leave a Reply