
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Juni 2018 Masehi, telah berlangsung sebuah Nadwah (seminar) internasional seputar kehidupan sang Muqri fenomenal, Ibnul Jazari rohimahulloh. Seminar yang berlangsung di kota Bursa, Turki tersebut bertujuan untuk mengulik lebih dalam kehidupan sang Imam Qiroat ini.
Perjalanan menuntut ilmu, berbagai karya hingga pengaruh beliau pada Daulah Utsmaniyah dibahas secara mendetail dan cukup menarik. Salah satunya ialah peran besar beliau dalam perkembangan ilmu tajwid yang masih bisa kita rasakan hingga saat ini.
Pada artikel kali ini, redaksi qoryatuna akan berusaha memberikan rangkuman untuk tema “Peran Ibnul Jazari dalam Ilmu Tajwid” yang saat itu di sampaikan oleh Doktor Ghonim Qodduri rohimahulloh.
Poin Pertama: Perjalan Ibnul Jazari dalam Mempelajari Ilmu Tajwid
Menuntut ilmu tentunya membutuhkan semangat pantang menyerah, hal inilah yang juga Ibnul Jazari lakukan saat mendalami ilmu tajwid. Sebelum jauh melangkah ke berbagai majlis ulama, beliau memulai dengan tahapan yang pertama, yaitu menyelesaikan hafalan Al-Quran. Beliau akhirnya berhasil hafal Al-Quran saat masih berumur 13 tahun.
Setahun kemudian, lebih tepatnya pada tahun 765 H, beliau mendapatkan amanah untuk menjadi imam di masjid kampungnya. Selama beberapa tahun kedepan, Sang Imam yang masih belia terus menyibukkan diri dengan mempelajari berbagai bidang ilmu, mulai dari tajwid, qiroat serta berbagai disiplin ilmu yang lain.
Tepat 5 tahun selepas khatam Al-Quran, Ibnul Jazari yang saat itu masih berumur 18 tahun berhasil menelurkan karya pertama beliau, yaitu kitab At-Tamhid fi ‘ilmi At-Tajwid. Kitab yang khusus membahas ilmu tajwid ini pun bisa kita nikmati hingga saat ini. Sebagai tambahan, sebelum mengarang kitab ini, beliau setidaknya sudah talaqqi Al-Quran kepada 9 orang guru.
Guru pertama beliau dalam talaqqi Al-Quran adalah sang ayah yang wafat pada tahun 785 H. Dimana beliau ceritakan dengan penuh kebanggaan dalam kitab beliau “Jami’ Al-Asanid”:
أولهم والدي، فإني قرأت عليه القرآن مرات
“Guru pertamaku adalah sang ayah, aku telah talaqqi Al-Quran kepada beliau lebih dari sekali”
Seakan tak pernah puas dalam mempelajari ilmu, beliau terus berusaha meneguknya dari berbagai sumber. Setidaknya terdapat 45 guru beliau yang paling masyhur saat talaqqi ilmu qiroat, diantaranya ialah:
1. Abu Muhammad Abdul Wahhab bin Sallar (wafat 782 H)
2. Ahmad bin Ibrohim bin Ath-Thohhan (wafat 782 H)
3. Ahmad bin Rojab (wafat 775 H)
Kepada tiga ulama diatas, Ibnul Jazari rohimahulloh talaqqi qiroat secara ifrod (1)
Adapun diantara ulama yang beliau talaqqi dengan metode Jam’u Al-Qiroat (2) adalah:
1. Ibrohim Al-Hanawi (wafat 773 H)
2. Abu Al-Ma’ali bin Al-Labban (wafat 776 H)
3. Abu Abdillah Muhammad bin Sholih (wafat 785 H)
4. Abu Bakar bin Abdillah bin Al-Jundi (wafat 769 H)
5. Abu Abdillah Muhammad bin Ash-Shoigh (wafat 776 H)
6. Abu Muhammad Abdurrohman Al-Baghdadi (wafat 781 H)
7. dan masih banyak lagi, rohimahumulloh ajma’in.
Tidak diragukan lagi bahwa dalam proses talaqqi Al-Qur’an dan Qiroat kepada para ulama diatas, beliau juga menyerap ilmu tajwid secara intens. Namun diantara sekian banyak guru yang ada, Syaikh Ibrohim Al-Hamawi rohimahulloh adalah orang yang paling berpengaruh dalam menanamkan ilmu tajwid kepada Ibnul Jazari rohimahulloh.
Beliau bahkan membanggakan kehebatan sang guru pada bidang tersebut dalam beberapa kitabnya. Seperti dalam kitab Ghoyah An-Nihayah, saat tengah biografi Syaikh Ibrohim Al-Hamawi, beliau menuturkan:
ولم أر في شيوخي أعلم منه بدقائق علم التحويد
“Tidak kujumpai diantara guru-guruku yang lebih menguasai permasalahan ilmu tajwid melebihi beliau”.
Pada artikel mendatang, insyaAllah kita akan membahas beberapa karya Ibnul Jazari seputar ilmu tajwid, baik yang bersifat khusus ataupun tidak.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan langkah kita dalam menjadi penjaga kitabNya. Amiin.
Referensi:
Juhud Ibnul Jazari fi ‘ilmi At-Tajwid, Ghonim Qodduri.
(1) Metode Ifrod adalah saat seorang murid talaqqi kepada seorang guru satu riwayat tertentu secara terpisah.
(2) Metode Jam’u Al-Qiroat ialah saat murid talaqqi beberapa riwayat/qiroat secara langsung dalam satu waktu.