
Berhasil menghafalkan Al-Quran seluruhnya merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Tak heran jika berbagai lembaga tahfidz Al-Quran kerap kali memberikan apresiasi tersendiri untuk para santri yang berhasil mengkhatamkan hafalan mereka. Mulai dari memberikan berbagai hadiah hingga mengadakan acara khusus sebagaii bentuk “kelulusan” dari melewati tahapan mengghafal. Acara tersebut sering disebut dengan Wisuda Tahfidz Al-Quran.
Namun tahukah anda bahwa sejak ratusan tahun yang lalu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam pernah melakukan hal yang serupa? Beliau adalah sahabat Abu Musa Al-Asy’ari rhodiyallohu ‘anhu.
Tercatat dalam sejara bahwa Abu Musa Al-Asy’ari mendapatkan tugas dari Khalifah Umar bin Khottob rhodiyallohu ‘anhu untuk mengajar Al-Quran di kota Bashroh. Beliau pernah berkata:
إِنَّ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ عُمَرَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ أُعَلِّمُكُمْ كِتَابَ رَبِّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ وَسُنَّةَ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأُنَظِّفُ لَكُمْ طُرُقَكُمْ
“Sesungguhnya Amirul mukminin Umar bin Khottob telah menggutuskku untuk mengajarkan Al-Quran dan sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, serta agar aku membersihkan jalan hidup kalian”
Selama beberapa tahun berikutnya, beliau dengan giat menunaikan amanah yang telah dibebankan kepadanya di masjid kota Bashroh. Antusias penduduk kota tersebut pun cukup menakjubkan, terbukti dari banyaknya para murid yang menghadiri halaqot Al-Quran di sana. Hingga akhirnya Abu Musa membagi mereka kedalam beberapa halaqot dan beliau memegang tugas sebagai mudir tahfidz yang bertanggung jawab atas jalannya kegiatan tersebut.
Salah seorang murid beliau pernah mengisahkan:
كَانَ أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ يَطُوفُ عَلَيْنَا فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، مَسْجِدِ الْبَصْرَةِ يَقْعُدُ حِلَقًا، فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ بَيْنَ بُرْدَيْنِ أَبْيَضَيْنِ يُقْرِئُنِي الْقُرْآنَ، وَمِنْهُ أَخَذْتُ هَذِهِ السُّورَةَ: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ” قَالَ أَبُو رَجَاءٍ: «فَكَانَتْ أَوَّلَ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ عَلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Abu Musa Al-Asy’ari biasa berkeliling di dalam masjid Bashroh dalam rangka mengampu banyak halaqot Al-Quran, seakan-akann aku masih melihat beliau mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dari beliaulah aku memppelajari surat (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ). Dan surat tersebut merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.
Selain giat dalam mengajarkan Al-Quran, beliau juga memberikann apresiasi tersendiri pada para muridnya yang telah menyelesaikan hafalan mereka. Dimana suatu ketika beliau mengumpulkan para murid yang telah khatam dalam sebuah majlis khusus. Salah seorang murid senior yang bernama Abul Aswad Ad-Duali rohimahulloh pernah mengisahkan bahwa jumlah murid yang telah khatam Al-Quran saat itu sekitar 300 orang. Abu Musa Al-Asy’ari lantas berkata dengan penuh bangga:
أَنْتُمْ قُرَّاءُ أَهْلِ الْبَلَدِ، فَلَا يَطُولَنَّ عَلَيْكُمُ الْأَمَدُ فَتَقْسُوَ قُلُوبُكُمْ كَمَا قَسَتْ قُلُوبُ أَهْلِ الْكِتَابِ
“Kalian adalah para ahli Al-Quran negri ini, jangan biarkan zaman berlalu begitu saja dan membuat hati kalian keras sebagaimana kerasnya hati ahli kitab”
Dalam majlis tersebut kemudian beliau memberikan berbagai wejangan kepada para muridnya dalam mengarungi kehidupan sebagai seorang penjaga kitabulloh.
Kesimpulan
Dari kisah diatas bisa kita ambil beberapa pelajaran:
Pertama: Memberikan apresiasi kepada murid yang berprestasi merupakan suatu hal yang baik, meskipun hanya dengan sebuah ucapan.
Kedua: Menghadiri majlis atau halaqot Al-Quan merupakan tradisi para penuntut ilmu sejak zaman dahulu.
Ketiga: Seorang penghafal Al-Quran harus menjaga diri dari berbagai penyakit qolbu yang dapat mengakibatkan kerasnya hati.
Keempat: Seorang muslim wajib menunaikan amanah yang telah ia pikul diatas pundaknya.
Kelima: Antusias masyarakat kota Bashroh dalam menghadiri halaqot Abu Musa amatlah besar, sebab dari kisah diatas disebutkan bahwa jumlah murid yang telah “lulus” saat itu adalah 300 orang, belum lagi jika ditambah dengan murid yang masih dalam proses menghafal.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan kita untuk menjadi para penghafal Al-Quran. amin.
Referensi:
Akhlaq Hamalatil Quran, Al-Ajurry
Hilyah Al-Auliya, Abu Nu’aim Al-Ashbahani